Showing posts with label Cinta Dunia. Show all posts
Showing posts with label Cinta Dunia. Show all posts

Tuesday, April 26, 2011

Kekuatan Itu Bernama Cinta

Alkisah di zaman bani umayyah ada seorang pemuda, putra gubernur mesir pada saat itu. Masa kecilnya hidup dalam lingkungan istana dan mewah.

Pemuda ini senang menuntut ilmu sejak masih kecil. Beliau sentiasa berada di dalam majlis ilmu bersama-sama dengan orang-orang yang pakar di dalam bidang fikih dan juga ulama-ulama. Beliau telah menghafaz al-Quran sejak masih kecil. Merantau ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh terkemuka spt Imam Malik b. Anas, Urwah b. Zubair, Abdullah b. Jaafar, Yusuf b. Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.

Setelah beranjak dewasa pemuda ini ditakdirkan menikah dengan seorang putri khalifah bani umayyah yaitu khalifah Abdul Malik bin Marwan yang bernama Fatimah binti Abdul Malik.

Semasa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah, beliau diamanahi menjadi gubernur Madinah/Hijaz dan berhasil mengelola wilayah itu dengan baik. Ketika itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, pemuda ini dilantik menjadi menteri kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya 33 tahun.

Ditengah karirnya itu suatu kali pemuda ini jatuh cinta lagi pada seorang gadis, sebuah momen dimana pemuda ini tumbuh kembali rasa cintanya, pemuda ini sangat mencintai sang gadis. Dan sang gadis pun memberikan respon positif, bahkan hingga dikisahkan gadis tersebut lebih ia cintai saat itu dari istrinya sendiri. Namun, atas nama kecemburuan justru sang istrilah yang menghalangi benih ikatan itu , istrinya Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi.

Di tengah perasaan cinta yang menggejolak tiba-tiba pemuda ini mendapat wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik untuk menjadi khalifah bani umayyah selanjutnya, Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul Malik.

Sebuah amanah yang merubah 180 derajat kehidupannya, yang asalnya hidup mewah menjadi biasa, salah satu kisahnya yang terkenal adalah

Sesudah pemuda ini diangkat menjadi khalifah, beliau langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta. beliau berkata kepadanya,

“Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.”

Fatimah bertanya kepada suaminya,

“Memilih apa, kakanda?”

beliau menerangkan,

“Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai dengan saya yang mendampingimu.”

Kata Fatimah,

“Demi Allah, Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.”

Kemudian Khalifah baru ini menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara beliau dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit. Suatu kehidupan yang berbeda sekali dengan khalifah-khalifah sebelumnya.

Suatu saat dikisahkan bahwa sang khalifah mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya.

Adalah wajar bila seorang suami yang diamanahi beban yang sangat berat memiliki kebutuhan akan kasih sayang dan kelembutan lebih dari orang kebanyakan. Dan sang istri ternyata memahami fitrah kepahlawanan tersebut.

Ia ditawari oleh istrinya untuk menikah lagi! Tidak tanggung-tanggung, istrinya sendiri yang memilihkan gadis beruntung tersebut bagi suaminya. . .

Ironisnya, ternyata gadis yang ditawarkan merupakan romantisme masa sang suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai suaminya, begitu pun si gadis yang mencintai sang khalifah.

Kini, kondisinya berputar balik. Justru sang istrilah yang menawarkannya pada suami tercinta.

Kini gadis yang didambanya selama ini, benar ada dihadapannya. membawa sejuta harap yang tak berujung ditangan takdirNya. gadis yang dicintainya dulu sekarang tidak datang sendiri, meski sejatinya ia juga sangat mencintainya. ia justru dihadirkan oleh istrinya yang selama ini tidak memberikan izin kepadanya untuk menikahi gadis ini. Sebagai hadiah...beban dari kerjanya sebagai kholifah saat itu yang menjadikan fisiknya mengalami kelelahan yang sangat. hingga sang isteri tak kuasa, membendung gemuruh cinta, untuk tidak memberikan dukungan moril kepada sang suami. dan kiranya hadiah inilah yang tepat dalam benaknya. orang yang sangat begitu dicintai oleh suaminya.

Dorongan cinta masa-masa akhirnya kembali begitu kuat, gairah cinta meletup-letup kembali. Dan lagi, pintu kesempatan terbuka begitu lebar. Namun, sekelebat kesadaran membuka tabirnya dalam benak sang khalifah. Ketika cinta kepada robbNya mengalahkan cinta yang telah ia simpan, mendarah daging, sehingga ia terus hidup dalam jiwanya.

TIDAK, Saya belum sepenuhnya merubah diri jika masih kembali pada dunia perasaan semacam ini.

Sang khalifah memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini.

Yang menarik dan luar biasa dari kisah ini adalah dialognya yang begitu romantis (bagi saya), antara sang kholifah dengan gadis yang dicintainya tadi. karena tatkala gadis itu hendak meninggalkan rumah kholifah, sang gadis melontarkan sebuah pertanyaan yang mungkin juga pernah ada dibenak anda, atau bahkan sempat anda utarakan. "wahai khalifah, bukankan dulu kamu pernah sangat mencintaiku. tapi kemanakah cinta itu sekarang?.

dengan haru sang kholifah menjawab,

"cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam!"

Maka, cinta itu pun digunakan sang khalifah untuk menjemput takdir kepahlawanannya.

Jalan perjuangan cinta.

tentu penasarankah anda siapa yang tengah saya ceritakan.?? benar bukan?

benar sekali, ini adalah umar bin abdul aziz. sang penegak keadilan yang melegenda disepenjang jalan sejarah kehidupan manusia. karena pada masanya bahkan srigalapun berdamai dengan domba. selama kepemimpinannya yang singkat, ia telah mampu melahirkan kesejahteraan, menciptakan kemakmuran dan mampu mengembalikan nuansa kehidupan seperti pada masa khulafa urrosyidin. pantas sekali lagi jika kemudian ia diberikan gelar sebagai kholifah yang kelima.

Cinta Dunia dan Takut Mati..

“Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah karena pada saat itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?” Dijawab oleh Beliau saw. “Bukan! Bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung diatas laut, dan dalam jiwamu tertanam wahn.” Sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan wahn itu Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta Dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud)
AL-WAHN’, cinta dunia dan takut mati membuat manusia kehilangan arah dan orientasi hidup. Mereka tidak mengenali lagi tujuan hidupnya yang hakiki yaitu mencari Ridha ALLAH. “Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ALLAH, Tuhan sekalian Alam tidak ada sekutu baginya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang-orang yang pertama berserah diri” (QS. Al-An’am 162-163)
Manusia tidak sadar akan tugas hidup yaitu untuk mengabdikan diri kepada ALLAH dalam berbagai aspek kehidupannya. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk mereka beribadah kepadaKU” (QS. At-Thur 56)
Lupa akan peranan hidupnya yang agung, yaitu menjadi Khalifah, wakil ALLAH untuk mewujudkan kehendakNya di muka bumi. “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di muka bumi dan Dia mengangkat derajat sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas karunia yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberikan hukuman dan sungguh, Dia Maha pengampun dan Maha penyayang ” (QS. Al-An’am 165)
Dan sebagai pelanjut Risalah Islam, menyampaikan ajaran-ajaran ALLAH kepada seluruh umat manusia dan membelanya. “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah kemunkaran, dan beriman kepada ALLAH..” (QS. Ali-Imraan 110)
Namun, kini kebanyakan manusia sangatlah telah jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Maka jadilah manusia sebagai pengagum dunia. Padahal Rasulullah saw telah mengingatkan, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau enak dipandang, dan sesungguhnya ALLAH menjadikan kamu khalifah di dalamnya. ALLAH akan melihat apa yang kamu kerjakan. Maka berhati-hatilah kepada dunia dan berhati-hatilah pada wanita. Sesungguhnya pertama kali fitnah yang menimpa BAni Israil adalah tentang wanita.” (HR. Muslim)
Keburukan yang tampak adalah fenomena ibadah yang hanya bersifat seremonial formalitas bercampur nifaq. Banyak manusia mengaku beragama Islam, tapi perbuatannya sehari-hari tidak mencerminkan ajaran Islam sama sekali. Islam hanya sekedar identitas formal yang tertera saja, sementara kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan kedurhakaan pada syariat Islam. Shalat sering ditinggalkan tanpa perasaan berdosa. Zakat tidak ditunaikan secara sempurna. Sedangkan Haji hanya dijadikan sarana tamasya.
Mushaf Al-Quran disimpan dengan rapi di lemari, tapi tidak dibaca, tidak dipelajari, tidak diamalkan. Ia hanya menjadi pemanis dan aksesoris keindahan rumah dan sekaligus menjadi alat image. Mereka senang membangun masjid namun tidak memakmurkannya, dan yang paling bahaya adalah manusia gemar berdiskusi dan berbicara tentang Islam, namun malas mengamalkannya secara paripurna. Abu Hudzaifah pernah ditanya, “Apa itu nifaq?”, Hudzaifah menjawab, “Kamu berbicara tentang Islam, namun kamu tidak menjalankannya”. (Musnad Ar-Rabi’)
Ya, banyak orang yang pandai berbicara tentang Islam, namun ia tidak mengimani dan tidak mengamalkannya. Yang keluar dari mulutnya tidak lain hanyalah kumpulan retorika yang sekedar untuk membuat orang lain terkagum-kagum pada kepandaiannya. Rasulullah saw bersabda, “Akan datang pada manusia suatu zaman, dikala itu Islam idak tinggal melainkan namanya, dan Al-Quran tidak tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya megah namun kosong dari petunjuk, ulama-ulamanya termasuk manusia-manusia terburuk yang pernah ada, karena dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan kembali kepada mereka”. (HR. Baihaqi)
Sangatlah pantas apabila Rasulullah saw mensifati umat akhir zaaman dengan kalimat generasi yang cinta dunia dan takut mati, karena saking ketergantungannya mereka kepada dunia. Kebanyakan dari mereka tidak lagi memperhatikan halal dan haram. Rasulullah saw bersabda, “Akan datang suatu masa kepada manusia, dimana pada masa itu seseorang tidak lagi mempedulikan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal atau dari yang haram”. (HR. Bukhari dan Nasa’i)
Bukan hanya itu, mereka pun tidak menghargai kejujuran. Mereka beranggapan kejujuran tidak mendatangkan keuntungan. Sementara kebohongan dan kata-kata palsu dianggapnya lebih bisa diandalkan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. “Akan datang suatu masa kepada manusia, yang didalamnya manusia tidak kuasa mencari penghidupan melainkan dengan cara maksiat. Sehingga seseorang berani berdusta dan bersumpah. Apabila masa itu datang, hendaklah kalian berlari.” Ditanyakan kepada Beliau, “Yaa Rasulullah, kemana kami harus berlari?” Beliau menjawab, “Kepada ALLAH, kepada kitabNnya serta kepada Sunnah NabiNya”. (HR. Ad-Dailami)
Keburukan ahlak sudah merajalela, premanisme, kekerasan, pornografi, pornoaksi menjadi kewajaran dan tontonan sehari-hari di media, rasa kemanusiaan yang seolah hilang entah kemana. “Dua golongan dari ahli neraka yang belum kami ketahui yaitu segolongan kaum yang membawa cambuk seperti ekor lembu untuk menyakiti manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menari-nari sambil menggeleng-gelengan kepalanya seperti punduk unta. Mereka itu tidak akan masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal surga itu dapat tercium dari perjalanan sejauh lima ratus tahun (HR. Muslim)
Yang muda tidak menghormati yang tua dan yang tua tidak menyayangi yang muda, degradasi moral mewabah hingga mampu menghapus rasa tanggungjawab mendidik anak. “Apabila zaman telah dekat kiamat, seseorang mendidik anjing lebih baik ketimbang mendidik anak-anaknya. Tidak ada rasa hormat pada yang lebih tua dan tidak ada rasa kasih sayang kepada yang lebih muda, dan banyaklah anak-anak hasil perzinahan, hingga banyaklah laki-laki yang menyantap perempuan di jalanan, mereka berbulu kambing namun berhati serigala”. (HR. Al-Hakim dan Ath-Tabrani)
Betapa malang dan ruginya mereka, sungguh Al-Wahn, cinta dunia dan takut mati telah menggiring manusia kepada kesesatan dan kecelakaan yang nyata. (Al-intima)
Semoga kita mampu mengendalikan diri kita, untuk senantiasa berada pada jalan yang seharusnya kita berpijak. Jalan yang akan membawa kita kepada nikmat yang sesungguhnya yaitu nikmat akhirat yang kekal abadi..

Allahu’alam bishawab